Mataram, 29 Juli 2025 - Jika kamu pernah
mendengar nama FORNAS atau Festival Olahraga Rekreasi Nasional, mungkin kamu
akan terkejut melihat daftar cabang olahraganya. Bukan sepak bola, basket, atau
voli yang jadi pusat perhatian, melainkan olahraga seperti tahan nafas di air, tarik
tambang, egrang, pencak silat tradisional, hingga permainan rakyat seperti
gobak sodor. Tak heran banyak yang bertanya, kenapa
olahraga di FORNAS terlihat “aneh”?
Jawabannya ternyata jauh lebih dalam dari sekadar permainan biasa. FORNAS bukanlah ajang kompetisi olahraga prestasi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). FORNAS adalah perayaan olahraga rekreasi masyarakat yang diselenggarakan oleh Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) dan digelar dua tahun sekali di tingkat nasional.
Apa yang terlihat
“aneh” bagi masyarakat urban atau generasi muda sesungguhnya adalah bagian dari
kekayaan budaya dan warisan nenek moyang. FORNAS justru mengangkat dan
melestarikan olahraga tradisional dan aktivitas fisik khas daerah yang telah
dimainkan secara turun-temurun.
Misalnya, egrang yang dulu sering dimainkan anak-anak di kampung,
kini menjadi bagian dari cabang olahraga tradisional yang dilombakan secara
resmi. Atau senam poco-poco dan sumpitan yang bukan sekadar gerakan fisik, tapi menyimpan
nilai sejarah, budaya, dan identitas lokal.
“Banyak anak muda sekarang bahkan tidak tahu cara main gobak sodor. Nah, di FORNAS, permainan seperti itu dipertandingkan agar tak hilang ditelan zaman,” ujar salah satu panitia FORNAS.
FORNAS bukan
sekadar panggung perlombaan. Ia membawa semangat besar yang menyatukan tiga
tujuan utama:
1.
Melestarikan budaya lokal
melalui aktivitas olahraga tradisional dan komunitas.
2.
Mendorong gaya hidup sehat
dengan cara yang menyenangkan dan inklusif.
3.
Membangun kebersamaan
lewat partisipasi aktif seluruh masyarakat dari berbagai kalangan dan daerah.
Di FORNAS, tidak ada atlet profesional dengan target medali. Yang ada adalah ribuan anggota komunitas dari seluruh Indonesia yang datang untuk bergerak bersama, bermain bersama, dan berbagi keceriaan.
FORNAS juga menjadi
ruang pertemuan antarbudaya. Peserta dari Aceh hingga Papua berkumpul,
mengenalkan permainan khas daerahnya, dan memperlihatkan bahwa olahraga bukan
hanya soal menang dan kalah, tapi juga tentang identitas,
kebersamaan, dan cinta tanah air.
Jadi, jika kamu
merasa olahraga di FORNAS itu aneh, mungkin karena kita sudah terlalu terbiasa
dengan standar olahraga modern. Padahal, di balik permainan rakyat itu,
tersimpan nilai sosial, sejarah, dan semangat gotong royong yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia.
FORNAS mengingatkan
kita semua: bahwa olahraga itu milik semua, tak harus mahal,
dan bisa dimulai dari halaman rumah sendiri.
@jadiupdate